Tulisanku
Sabtu, 07 Januari 2017
Pembuatan Pisau dan Alat Pertanian di Pasar Gawok Selengkapnya
Minimal sebilah pisau sudah pasti bisa kita temukan di setiap rumah. Bahkan tak jarang satu rumah mempunyai lebih dari satu pisau dengan berbagai ukuran. Pisau sekilas barang yang sangat sederhana, sering tidak diperhatikan. Tetapi saat sebilah pisau terselip entah di mana atau lupa mengembalikan ke tempatnya, bisa dipastikan ibu-ibu akan panik untuk mencari keberadaannya dan bisa jadi acara memasak akan tertunda. Bagaimana mungkin ibu memasak tanpa alat bantu pisau? Susah kan kala pisau digantikan dengan gunting? Nggak selancar menggunakan pisau saat mengupas sayur, memotong sayur/daging, buah, bumbu dapur bukan? Mungkin kita tidak pernah sampai berpikir bagaimana sebilah pisau bisa sampai dijual pedagang dan pada saatnya ada di dapur kita. Tidak sederhana, butuh waktu yang panjang saat proses pembuatan pisau, terutama dikerjakan secara tradisional alias diproses secara manual dengan alat-alat yang sederhana. Di Pasar Gawok, salah satu pasar tradisional yang masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, ada beberapa los di dalam pasar yang menjual pisau dan alat-alat pertanian seperti cangkul, sabit, gathul, linggis. Pedagang tidak hanya menjual pisau dlll itu tetapi juga langsung membuatnya di los pasar tersebut.
Pembuat pisau atau pengrajin pisau dan alat pertanian biasa disebut dengan pande besi, membuat pisau dengan tangan dibantu alat bantu tradisional seperti tungku untuk memanaskan baja, bahan pembuat pisau dan pukul besi untuk memipihkan/menempa pisau. Seorang pande besi biasanya akan memilih dua jenis baja yang baik dengan karbon tinggi, keras sehingga bisa membuat pisau dengan ketajaman yang luar biasa, mengkilat, kuat dan antikarat. Bila menggunakan satu jenis baja saja biasanya pisau yang dibuat mudah tumpul dan patah. Saat pembuatan di los Pasar Gawok, Pande Besi secara langsung akan 'mendemontrasikan' pembuatan pisau. KIta bisa melihatnya dari awal awal sampai selesai. Takjub dan berdecak kagum. Bagaimana tidak kagum, untuk menempa sebilah pisau mereka harus mengeluarkan tenaga ekstra beberapa jam tanpa kenal lelah dan berhenti. Dibantu tiga orang pekerjanya, pande besi bisa menempa sebilah pisau sekitar 2-3 jam. Proses tersebut relatif cepat karena sebenarnya pisau yang ditajamkan/ditempa sudah setengah jadi. Di pasar, pande besi tidak membuat pisau baja dari proses awal, karena bisa butuh waktu berhari-hari untuk menempa baja menjadi sebilah pisau. Untuk potongan baja, pande besi butuh waktu lama untuk memanaskan, menempa, melipat baja berulangkali untuk mencampurkan besi dan karbon dan menghilangkan kotoran ampas biji besi. Makanya saat di pasar, pande besi dalam hitungan jam bisa menempa, menajamkan, dan menghaluskan sebilah pisau.
Selain membuat pisau, pande besi juga menerima perbaikan/menajamkan pisau dan alat pertanian lainnya. Mereka bisa mengerjakan sebilah pisau atau cangkul dalam waktu 2-3 jam, tergantung barang yang diperbaiki. Proses perbaikan pisau dan alat pertanian tersebut juga menggunakan tungku pemanas dengan suhu tinggi. Untuk menjaga nyala api stabil, akan dibantu dengan kayuhan tangan yang kuat. Satu orang pekerja mengayuh tungku pemanas, dua orang menempa pisau/alat pertanian dan pande besi memberikan instruksi kepada pegawainya.
Harga pisau cukup terjangkau, bervariasi dari Rp 5.000 sampai puluhan ribu tergantung kualitas dan ukurannya. Sementara, untuk ongkos perbaikan sebilah pisau/alat pertanian sekitar Rp 15. 000- Rp 50.000 tergantung tingkat kerusakan dan ukuran pisau/alat pertanian. Dalam sehari, mereka biasa menerima perbaikan pisau dan alat pertanian sekitar 10 buah.
Cukup rumit melihat proses pembuatan maupun perbaikan pisau. Di tangan merekalah, kita dengan mudah bisa membeli sebilah pisau dengan harga terjangkau. ***
http://www.kompasiana.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar